Novel & Cerpen


Dibalik Senyum Lara
1
Sudut pandang Lara

Kupikir ini semua adalah mimpi. Mimpi yang benar-benar menyakitkan. Sesuatu yang tak bisa kubayangkan terjadi dalam hidupku. Yang membuat hidupku berubah 180 derajat dari kehidupanku semula. Juga yang membuatku mengerti akan kejamnya dunia ini.
Aku terus bertanya, kenapa hal ini terjadi padaku, kenapa semua orang tak ada yang mengerti perasaanku, mengerti betapa menderitanya aku. Sungguh benar-benar kejam.
Hal ini bermula  sekitar 2 tahun yang lalu, saat kejadian tragis itu menimpa nasib keluargaku. Kejadian ini benar-benar tak bias kulupakan dalam hidupku. Kejadian yang  sangat menggoreskan luka yang paling dalam di hatiku.
Aku tak begitu ingat kejadiannya, tetapi kecelakaan itu  benar-benar menakutkan. Bagaimana tidak ? dalam beberapa menit saja, kecelakaan itu bisa membuat semua keluargaku tak bernyawa lagi. Bahkan aku telah selamat di dunia ini, merupakan suatu mukjizat yang telah diberikan Tuhan kepadaku.

2 tahun yang lalu….
Hujan deras mengguyur wilayah Bandung. Tak ada kendaraan satupun yang lewat di jalan yang kami lalui karena waktu yang telah menunjukkan pukul 22.30 WIB.  Disekeliling kami hanya  diselimuti dengan kabut malam yang dinginnya menusuk badan dan pinggir jalan yang curam karena didalamnya terdapat jurang yang sangat dalam. Dan malam itu, kami bermaksud untuk pulang dari bandara dan berniat untuk menemui ibuku yang sendiri di rumah di hari ulang tahunnya.
Sebenarnya, aku dan papa sengaja meninggalkan ibu sendirian untuk memberikan kejutan special di hari ulang tahunnya.  Dan Ya benar. Semua ini rencanaku. Aku tahu kalau ibu sudah lama tidak bertemu dengan  nenek & kakek (orang tua ibu sendiri). Semenjak aku lulus SD sampai aku duduk d kelas 2 SMP ibu tidak pernah bertemu dengan mereka, dan itu disebabkan karena tempat tinggal nenek dan kakek yang sangat jauh dengan kami. Yaitu di Aceh.
Karena hal inilah  jadi aku dan ayah berencana untuk mempertemukan mereka bertiga. Ayah sengaja menyuruh nenek dan kakek datang dari aceh ke Bandung dengan menggunakan pesawat yang telah disiapkan tiketnya oleh ayah. Lalu, kami berdua menunggu nenek dan kakek di bandara tanpa mendapat restu dari ibu. Selain itu, kami semua juga telah menyiapkan banyak kado untuk ibu. Yaitu, kado dari ayah, aku, nenek, dan juga kakek.
Mungkin kejutan ini terlalu kejam untuk ibu. Kami sengaja berpura-pura lupa dan tak tahu hari ulang tahun ibu. Dan kami lalu meninggalkan ibu dengan tidak memberi tahu ibu kemana kami mau pergi dan  tidak mengajaknya. Tapi, ini semua adalah kejutan yang kami buat supaya ulang tahun ibu sekarang sangat berkesan  baginya.   
“Lara…. Kuenya sudah disiapkan …?” kata ayah sambil focus  menyetir mobil .
“sudah donk yah…. Khan sudah disiapkan tadi sore. ”jawabku sambil mengacungkan kedua ibu jariku.
“oh…. Bagus deh kalau begitu. Pokoknya kita harus buat ibu sangat senang besok”
“besok ? rasanya bentar lagi deh yah. Palingan tinggal 1 jam setengah lagi, ibu berulang tahun.” Timpalku sambil melirik jam lucu yang ada ditangankui.
“oh ya??. Wah ayah gak sabar nieh bikin kejutan buat ibu ”
“Sama yah. Oh ya nek, kek, hadiah dari nenek dan kakek tuh apaan sih. Pingin tahu Lara…. Kasih tahu donk nek” kataku pada nenek dan kakek yang duduk di bagian tengah mobil.
“hmm… jangan donk. Ini khan kejutan. Ya khan kek”jawab nenek tenang.
“yah …. Nenek kayak gitu deh. Gak seru ah” jawabku merajuk. “eh tapi ngomong-ngomong hadiah lara dimana ya?”tanyaku sendiri sambil sencari-cari kado kecil yang berisi cincin yang sangat cantik. Aku mencari kado itu di semua sela mobil sehingga membuat papa terganggu.
“aduh lara tenang donk. Papa lagi nyetir nieh nih. Mana hujan deras lagi. Nanti malah kecelakaan lagi”kata papa sedikit marah padaku.
Namun perintah papa tidak aku dengarkan. Aku terlalu sibuk untuk mencari kado yang dibalut pita merah mungil itu. Dibenakku hanya terpikir tentang kado yang akan kuberikan pada ibu sampai-sampai membuat konsentrasi ayah menyetir buyar.  Dan sesuatu terjadi …..
******
Aku benar-benar takut. Entah darimana, saat aku sedang mencari kado itu, dari arah berlawanan, muncul sebuah mobil truk besar yang melaju sangat kencang, yang kalau dihitung mungkin kecepatannya 100 km/jam. Dengan spontan, supir truk tersebut mengklakson kami dengan nada yang sangat panjang.
Melihat hal itu, ayah sangat terkejut dan tanpa pikir panjang langsung membanting setirnya kearah kiri. Namun sangat disayangkan, ayah melajukan mobilnya kearah jurang yang dalam itu.
 “ayah.!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Teriakku,
Terlambat sudah aku untuk memperingatkan ayah, karena saat itu mobil telah menuruni jurang yang dalam itu. Ranting-ranting pohon ataupun batu-batu pun tak terhitung lagi banyaknya yang membuat lecetnya mobil ayah. Sampai pada akhirnya, mobil berhenti tepat pada ujung jurang dimana dibawahnya tidak ada lagi pohon-pohon melainkan jurang dalam hitam yang ku pun tak tahu apakah itu ada dasarnya atau tidak.
Aku yang dari tadi menutup mata dan hanya berteriak, akhirnya membuka mata, dan melihat bahwa mobil….

To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar